Senin, 03 Juni 2013
MANAQIB Al-Habib Salim bin Jindan
Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (BinJindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah ulama dan wali besar ini dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru dengan ramai ulama. Seorang ahli hadis yang menghafal 70,000 hadis (i.e. ada yang mengatakan ratusan ribu hadis). Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut telah dibuang oleh Habib Salim kerana beliau tidak memerlukan penghargaan.
Dalam usaha dakwahnya, beliau telah mendirikan madrasah di Probolinggo serta mendirikan Majlis Ta’lim Fakhriyyah di Jakarta, selain merantau ke berbagai daerah Indonesia untuk tujuan dakwah dan ta’lim. Mempunyai ramai murid antaranya Kiyai Abdullah Syafi`i, Habib Abdullah bin Thoha as-Saqqaf, Kiyai Thohir Rohili, Habib Abdur Rahman al-Attas dan ramai lagi.
Habib Salim juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sehingga dipenjarakan oleh Belanda. Di zaman penjajahan Jepun, beliau juga sering dipenjara kerana ucapan-ucapannya yang tegas, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, beliau juga sering keluar masuk penjara kerana kritikannya yang tajam terhadap kerajaan apalagi dalam hal bersangkutan agama yang sentiasa ditegakkannya dengan lantang.
Sifat dan kepribadian luhurnya serta ilmunya yang luas menyebabkan ramai yang berguru kepada beliau, Presiden Soerkano sendiri pernah berguru dengan beliau dan sering dipanggil ke istana oleh Bung Karno. Waktu Perjanjian Renvil ditandatangani, beliau turut naik atas kapal Belanda tersebut bersama pemimpin Indonesia lain. Beliau wafat di Jakarta pada 10 Rabi`ul Awwal dan dimakamkan dengan Masjid al-Hawi, Jakarta……Al-Fatihah.
Ratapan 10 Muharram – Fatwa Habib Salim
Lantaran Revolusi Syiah Iran yang menumbangkan kerajaan Syiah Pahlavi, maka ada orang kita yang terpengaruh dengan ajaran Syiah. Bahkan ada juga keturunan Saadah Ba ‘Alawi yang terpengaruh kerana termakan dakyah Syiah yang kononnya mengasihi Ahlil Bait.
Habib Salim bin Ahmad BinJindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya jodol “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:-
• Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
• Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda:- “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”.
• Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadis daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi.
• Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahawasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Janganlah tertipu dengan dakyah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah.
Ulama dan Pejuang Kemerdekaan
Ulama Jakarta ini menguasai beberapa ilmu agama. Banyak ulama dan habaib berguru kepadanya. Koleksi kitabnya berjumlah ratusan. Ia juga pejuang kemerdekaan.
Pada periode 1940-1960, di Jakarta ada tiga habaib yang seiring sejalan dalam berdakwah. Mereka itu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan – yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim sendiri menulis sekitar 100 kitab, antara lain tentang hadits dan tarikh, termasuk yang belum dicetak.
Lahir di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969), nama lengkapnya Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Seperti lazimnya para ulama, sejak kecil ia juga mendapat pendidikan agama dari ayahandanya.
Menginjak usia remaja ia memperdalam agama kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Habib Empang, Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar (Bondowoso), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik), K.H. Cholil bin Abdul Muthalib (Kiai Cholil Bangkalan), dan Habib Alwi bin Abdullah Syahab di Tarim, Hadramaut.
Selain itu ia juga berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, seorang ahli hadits dan fuqaha, yang sat itu juga memimpin Madrasah Al-Khairiyah di Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga rajin menghadiri beberapa majelis taklim yang digelar oleh para ulama besar. Kalau dihitung, sudah ratusan ulama besar yang ia kunjungi.
Dari perjalanan taklimnya itu, akhirnya Habib Salim mampu menguasai berbagai ilmu agama, terutama hadits, tarikh dan nasab. Ia juga hafal sejumlah kitab hadits. Berkat penguasaannya terhadap ilmu hadits ia mendapat gelar sebagai muhaddist, dan karena menguasai ilmu sanad maka ia digelari sebagai musnid.
Mengenai guru-gurunya itu, Habib Salim pernah berkata, “Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Dan sesungguhnya majelis mereka menyerupai majelis para sahabat Rasulullah SAW dimana terdapat kekhusyukan, ketenangan dan kharisma mereka.” Adapun guru yang paling berkesan di hatinya ialah Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Tentang mereka, Habib Salim pernah berkata, ”Cukuplah bagi kami mereka itu sebagai panutan dan suri tauladan.”
Pada 1940 ia hijrah ke Jakarta. Di sini selain membuka majelis taklim ia juga berdakwah ke berbagai daerah. Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda. Itu sebabnya ia pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda ingin kembali menjajah Indonesia seperti pada Aksi Polisionil I pada 1947 dan 1948.
Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa: dipukul, ditendang, disetrum. Namun, ia tetap tabah, pantang menyerah. Niatnya bukan hanya demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran, tetapi juga demi kemerdekaan tanah airnya. Sebab, hubbul wathan minal iman – cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman.
Kembali Berdakwah
Setelah Indonesia benar-benar aman, Habib Salim sama sekali tidak mempedulikan apakah perjuangannya demi kemerdekaan tanah air itu dihargai atau tidak. Ia ikhlas berjuang, kemudian kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia juga kembalin berdakwah dan mengajar, baik di Jakarta, di beberapa daerah maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Kamboja.
Ketika berdakwah di daerah-daerah itulah ia mengumpulkan data-data sejarah Islam. Dengan cermat dan tekun ia kumpulkan sejarah perkembangan Islam di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Ia juga mendirikan sebuah perpustakaan bernama Al-Fakhriah.
Di masa itu Habib Salim juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam menjawab berbagai persoalan – yang kadang-kadang menjebak. Misalnya, suatu hari, ketika ia ditanya oleh seorang pendeta, ”Habib, yang lebih mulia itu yang masih hidup atau yang sudah mati?” Maka jawab Habib Salim, “Semua orang akan menjawab, yang hidup lebih mulia dari yang mati. Sebab yang mati sudah jadi bangkai.”
Lalu kata pendeta itu, “Kalau begitu Isa bin Maryam lebih mulia dari Muhammad bin Abdullah. Sebab, Muhammad sudah meninggal, sementara Isa — menurut keyakinan Habib — belum mati, masih hidup.”
“Kalau begitu berarti ibu saya lebih mulia dari Maryam. Sebab, Maryam sudah meninggal, sedang ibu saya masih hidup. Itu, dia ada di belakang,” jawab Habib Salim enteng. Mendengar jawaban diplomatis itu, si pendeta terbungkam seribu bahasa, lalu pamit pulang. Ketika itu banyak kaum Nasrani yang akhirnya memeluk Islam setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim.
Habib Salim memang ahli berdebat dan orator ulung. Pendiriannya pun teguh. Sejak lama, jauh-jauh hari, ia sudah memperingatkan bahaya kerusakan moral akibat pornografi dan kemaksiatan. “Para wanita mestinya jangan membuka aurat mereka, karena hal ini merupakan penyakit yang disebut tabarruj, atau memamerkan aurat, yang bisa menyebar ke seluruh rumah kaum muslimin,” kata Habib Salim kala itu.
Ulama besar ini wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Ketika itu ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai pelosok datang bertakziah ke rumahnya di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur. Iring-iringan para pelayat begitu panjang sampai ke Condet. Jasadnya dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur.
Almarhum meninggalkan dua putera, Habib Shalahudin dan Habib Novel yang juga sudah menyusul ayahandanya. Namun, dakwah mereka tetap diteruskan oleh anak keturunan mereka. Mereka, misalnya, membuka majelis taklim dan menggelar maulid (termasuk haul Habib Salim) di rumah peninggalan Habib Salim di Jalan Otto Iskandar Dinata.
Belakangan, nama perpustakaan Habib Salim, yaitu Al-Fachriyyah, diresmikan sebagai nama pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Novel bin Salim di Ciledug, Tangerang. Kini pesantren tersebut diasuh oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim dan Habib Ahmad bin Novel bin Salim – dua putra almarhum Habib Novel. “Sekarang ini sulit mendapatkan seorang ulama seperti jid (kakek) kami. Meski begitu, kami tetap mewarisi semangatnya dalam berdakwah di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” kata Habib Ahmad, cucu Habib Salim bin Jindan.
Ada sebuah nasihat almarhum Habib Salim bin Jindan yang sampai sekarang tetap diingat oleh keturunan dan para jemaahnya, ialah pentingnya menjaga akhlak keluarga. ”Kewajiban kaum muslimin, khususnya orangtua untuk menasihati keluarga mereka, menjaga dan mendidik mereka, menjauhkan mereka dari orang-orang yang bisa merusak akhlak. Sebab, orangtua adalah wasilah (perantara) dalam menuntun anak-anak. Nasihat seorang ayah dan ibu lebih berpengaruh pada anak-anak dibanding nasehat orang lain.”
Disarikan dari Manakib Habib Salim bin Jindan karya Habib Ahmad bin Novel bin Salim
MANAQIB Al-Habib Salim bin Jindan
MANAQIB Al-Habib Salim bin Jindan
Habib
Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah
(BinJindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah ulama dan wali
besar ini dilahirkan di Surabaya
pada 18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum
melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru dengan
ramai ulama. Seorang ahli hadis yang menghafal 70,000 hadis (i.e. ada yang
mengatakan ratusan ribu hadis). Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat,
sehingga diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah
raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan
penghargaan, sebab tak disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang
mengetahui silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda
tersebut telah dibuang oleh Habib Salim kerana beliau tidak memerlukan
penghargaan.
Dalam usaha dakwahnya, beliau telah mendirikan madrasah di Probolinggo serta mendirikan Majlis Ta’lim Fakhriyyah di Jakarta, selain merantau ke berbagai daerah Indonesia untuk tujuan dakwah dan ta’lim. Mempunyai ramai murid antaranya Kiyai Abdullah Syafi`i, Habib Abdullah bin Thoha as-Saqqaf, Kiyai Thohir Rohili, Habib Abdur Rahman al-Attas dan ramai lagi.
Habib Salim juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sehingga dipenjarakan oleh Belanda. Di zaman penjajahan Jepun, beliau juga sering dipenjara kerana ucapan-ucapannya yang tegas, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, beliau juga sering keluar masuk penjara kerana kritikannya yang tajam terhadap kerajaan apalagi dalam hal bersangkutan agama yang sentiasa ditegakkannya dengan lantang.
Sifat dan kepribadian luhurnya serta ilmunya yang luas menyebabkan ramai yang berguru kepada beliau, Presiden Soerkano sendiri pernah berguru dengan beliau dan sering dipanggil ke istana oleh Bung Karno. Waktu Perjanjian Renvil ditandatangani, beliau turut naik atas kapal Belanda tersebut bersama pemimpin Indonesia lain. Beliau wafat di Jakarta pada 10 Rabi`ul Awwal dan dimakamkan dengan Masjid al-Hawi, Jakarta……Al-Fatihah.
Dalam usaha dakwahnya, beliau telah mendirikan madrasah di Probolinggo serta mendirikan Majlis Ta’lim Fakhriyyah di Jakarta, selain merantau ke berbagai daerah Indonesia untuk tujuan dakwah dan ta’lim. Mempunyai ramai murid antaranya Kiyai Abdullah Syafi`i, Habib Abdullah bin Thoha as-Saqqaf, Kiyai Thohir Rohili, Habib Abdur Rahman al-Attas dan ramai lagi.
Habib Salim juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sehingga dipenjarakan oleh Belanda. Di zaman penjajahan Jepun, beliau juga sering dipenjara kerana ucapan-ucapannya yang tegas, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, beliau juga sering keluar masuk penjara kerana kritikannya yang tajam terhadap kerajaan apalagi dalam hal bersangkutan agama yang sentiasa ditegakkannya dengan lantang.
Sifat dan kepribadian luhurnya serta ilmunya yang luas menyebabkan ramai yang berguru kepada beliau, Presiden Soerkano sendiri pernah berguru dengan beliau dan sering dipanggil ke istana oleh Bung Karno. Waktu Perjanjian Renvil ditandatangani, beliau turut naik atas kapal Belanda tersebut bersama pemimpin Indonesia lain. Beliau wafat di Jakarta pada 10 Rabi`ul Awwal dan dimakamkan dengan Masjid al-Hawi, Jakarta……Al-Fatihah.
Ratapan
10 Muharram – Fatwa Habib Salim
Lantaran
Revolusi Syiah Iran
yang menumbangkan kerajaan Syiah Pahlavi, maka ada orang kita yang terpengaruh
dengan ajaran Syiah. Bahkan ada juga keturunan Saadah Ba ‘Alawi yang
terpengaruh kerana termakan dakyah Syiah yang kononnya mengasihi Ahlil Bait.
Habib Salim bin Ahmad BinJindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya jodol “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:-
• Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
• Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda:- “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”.
• Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadis daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi.
• Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahawasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Janganlah tertipu dengan dakyah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah.
Habib Salim bin Ahmad BinJindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya jodol “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:-
• Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
• Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda:- “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”.
• Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadis daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi.
• Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahawasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Janganlah tertipu dengan dakyah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah.
Ulama
dan Pejuang Kemerdekaan
Ulama
Jakarta ini
menguasai beberapa ilmu agama. Banyak ulama dan habaib berguru kepadanya.
Koleksi kitabnya berjumlah ratusan. Ia juga pejuang kemerdekaan.
Pada
periode 1940-1960, di Jakarta ada tiga habaib yang seiring sejalan dalam
berdakwah. Mereka itu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin
Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib
dan ulama di Jakarta
berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan – yang memiliki
koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim
sendiri menulis sekitar 100 kitab, antara lain tentang hadits dan tarikh,
termasuk yang belum dicetak.
Lahir di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969), nama lengkapnya Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Seperti lazimnya para ulama, sejak kecil ia juga mendapat pendidikan agama dari ayahandanya.
Menginjak usia remaja ia memperdalam agama kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Habib Empang, Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar (Bondowoso), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik), K.H. Cholil bin Abdul Muthalib (Kiai Cholil Bangkalan), dan Habib Alwi bin Abdullah Syahab di Tarim, Hadramaut.
Selain itu ia juga berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, seorang ahli hadits dan fuqaha, yang sat itu juga memimpin Madrasah Al-Khairiyah di Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga rajin menghadiri beberapa majelis taklim yang digelar oleh para ulama besar. Kalau dihitung, sudah ratusan ulama besar yang ia kunjungi.
Dari perjalanan taklimnya itu, akhirnya Habib Salim mampu menguasai berbagai ilmu agama, terutama hadits, tarikh dan nasab. Ia juga hafal sejumlah kitab hadits. Berkat penguasaannya terhadap ilmu hadits ia mendapat gelar sebagai muhaddist, dan karena menguasai ilmu sanad maka ia digelari sebagai musnid.
Mengenai guru-gurunya itu, Habib Salim pernah berkata, “Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Dan sesungguhnya majelis mereka menyerupai majelis para sahabat Rasulullah SAW dimana terdapat kekhusyukan, ketenangan dan kharisma mereka.” Adapun guru yang paling berkesan di hatinya ialah Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Tentang mereka, Habib Salim pernah berkata, ”Cukuplah bagi kami mereka itu sebagai panutan dan suri tauladan.”
Pada 1940 ia hijrah ke Jakarta. Di sini selain membuka majelis taklim ia juga berdakwah ke berbagai daerah. Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda. Itu sebabnya ia pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda ingin kembali menjajah Indonesia seperti pada Aksi Polisionil I pada 1947 dan 1948.
Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa: dipukul, ditendang, disetrum. Namun, ia tetap tabah, pantang menyerah. Niatnya bukan hanya demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran, tetapi juga demi kemerdekaan tanah airnya. Sebab, hubbul wathan minal iman – cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman.
Lahir di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969), nama lengkapnya Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Seperti lazimnya para ulama, sejak kecil ia juga mendapat pendidikan agama dari ayahandanya.
Menginjak usia remaja ia memperdalam agama kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Habib Empang, Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar (Bondowoso), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik), K.H. Cholil bin Abdul Muthalib (Kiai Cholil Bangkalan), dan Habib Alwi bin Abdullah Syahab di Tarim, Hadramaut.
Selain itu ia juga berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, seorang ahli hadits dan fuqaha, yang sat itu juga memimpin Madrasah Al-Khairiyah di Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga rajin menghadiri beberapa majelis taklim yang digelar oleh para ulama besar. Kalau dihitung, sudah ratusan ulama besar yang ia kunjungi.
Dari perjalanan taklimnya itu, akhirnya Habib Salim mampu menguasai berbagai ilmu agama, terutama hadits, tarikh dan nasab. Ia juga hafal sejumlah kitab hadits. Berkat penguasaannya terhadap ilmu hadits ia mendapat gelar sebagai muhaddist, dan karena menguasai ilmu sanad maka ia digelari sebagai musnid.
Mengenai guru-gurunya itu, Habib Salim pernah berkata, “Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Dan sesungguhnya majelis mereka menyerupai majelis para sahabat Rasulullah SAW dimana terdapat kekhusyukan, ketenangan dan kharisma mereka.” Adapun guru yang paling berkesan di hatinya ialah Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Tentang mereka, Habib Salim pernah berkata, ”Cukuplah bagi kami mereka itu sebagai panutan dan suri tauladan.”
Pada 1940 ia hijrah ke Jakarta. Di sini selain membuka majelis taklim ia juga berdakwah ke berbagai daerah. Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda. Itu sebabnya ia pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda ingin kembali menjajah Indonesia seperti pada Aksi Polisionil I pada 1947 dan 1948.
Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa: dipukul, ditendang, disetrum. Namun, ia tetap tabah, pantang menyerah. Niatnya bukan hanya demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran, tetapi juga demi kemerdekaan tanah airnya. Sebab, hubbul wathan minal iman – cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman.
Kembali
Berdakwah
Setelah Indonesia benar-benar aman, Habib Salim sama sekali tidak mempedulikan apakah perjuangannya demi kemerdekaan tanah air itu dihargai atau tidak. Ia ikhlas berjuang, kemudian kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia juga kembalin berdakwah dan mengajar, baik di Jakarta, di beberapa daerah maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Kamboja.
Ketika berdakwah di daerah-daerah itulah ia mengumpulkan data-data sejarah Islam. Dengan cermat dan tekun ia kumpulkan sejarah perkembangan Islam di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Ia juga mendirikan sebuah perpustakaan bernama Al-Fakhriah.
Di masa itu Habib Salim juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam menjawab berbagai persoalan – yang kadang-kadang menjebak. Misalnya, suatu hari, ketika ia ditanya oleh seorang pendeta, ”Habib, yang lebih mulia itu yang masih hidup atau yang sudah mati?” Maka jawab Habib Salim, “Semua orang akan menjawab, yang hidup lebih mulia dari yang mati. Sebab yang mati sudah jadi bangkai.”
Lalu kata pendeta itu, “Kalau begitu Isa bin Maryam lebih mulia dari Muhammad bin Abdullah. Sebab, Muhammad sudah meninggal, sementara Isa — menurut keyakinan Habib — belum mati, masih hidup.”
“Kalau begitu berarti ibu saya lebih mulia dari Maryam. Sebab, Maryam sudah meninggal, sedang ibu saya masih hidup. Itu, dia ada di belakang,” jawab Habib Salim enteng. Mendengar jawaban diplomatis itu, si pendeta terbungkam seribu bahasa, lalu pamit pulang. Ketika itu banyak kaum Nasrani yang akhirnya memeluk Islam setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim.
Habib Salim memang ahli berdebat dan orator ulung. Pendiriannya pun teguh. Sejak lama, jauh-jauh hari, ia sudah memperingatkan bahaya kerusakan moral akibat pornografi dan kemaksiatan. “Para wanita mestinya jangan membuka aurat mereka, karena hal ini merupakan penyakit yang disebut tabarruj, atau memamerkan aurat, yang bisa menyebar ke seluruh rumah kaum muslimin,” kata Habib Salim kala itu.
Ulama besar ini wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Ketika itu ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai pelosok datang bertakziah ke rumahnya di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur. Iring-iringan para pelayat begitu panjang sampai ke Condet. Jasadnya dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur.
Almarhum meninggalkan dua putera, Habib Shalahudin dan Habib Novel yang juga sudah menyusul ayahandanya. Namun, dakwah mereka tetap diteruskan oleh anak keturunan mereka. Mereka, misalnya, membuka majelis taklim dan menggelar maulid (termasuk haul Habib Salim) di rumah peninggalan Habib Salim di Jalan Otto Iskandar Dinata.
Belakangan, nama perpustakaan Habib Salim, yaitu Al-Fachriyyah, diresmikan sebagai nama pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Novel bin Salim di Ciledug, Tangerang. Kini pesantren tersebut diasuh oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim dan Habib Ahmad bin Novel bin Salim – dua putra almarhum Habib Novel. “Sekarang ini sulit mendapatkan seorang ulama seperti jid (kakek) kami. Meski begitu, kami tetap mewarisi semangatnya dalam berdakwah di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” kata Habib Ahmad, cucu Habib Salim bin Jindan.
Ada sebuah nasihat almarhum Habib Salim bin Jindan yang sampai sekarang tetap diingat oleh keturunan dan para jemaahnya, ialah pentingnya menjaga akhlak keluarga. ”Kewajiban kaum muslimin, khususnya orangtua untuk menasihati keluarga mereka, menjaga dan mendidik mereka, menjauhkan mereka dari orang-orang yang bisa merusak akhlak. Sebab, orangtua adalah wasilah (perantara) dalam menuntun anak-anak. Nasihat seorang ayah dan ibu lebih berpengaruh pada anak-anak dibanding nasehat orang lain.”
Setelah Indonesia benar-benar aman, Habib Salim sama sekali tidak mempedulikan apakah perjuangannya demi kemerdekaan tanah air itu dihargai atau tidak. Ia ikhlas berjuang, kemudian kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia juga kembalin berdakwah dan mengajar, baik di Jakarta, di beberapa daerah maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Kamboja.
Ketika berdakwah di daerah-daerah itulah ia mengumpulkan data-data sejarah Islam. Dengan cermat dan tekun ia kumpulkan sejarah perkembangan Islam di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Ia juga mendirikan sebuah perpustakaan bernama Al-Fakhriah.
Di masa itu Habib Salim juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam menjawab berbagai persoalan – yang kadang-kadang menjebak. Misalnya, suatu hari, ketika ia ditanya oleh seorang pendeta, ”Habib, yang lebih mulia itu yang masih hidup atau yang sudah mati?” Maka jawab Habib Salim, “Semua orang akan menjawab, yang hidup lebih mulia dari yang mati. Sebab yang mati sudah jadi bangkai.”
Lalu kata pendeta itu, “Kalau begitu Isa bin Maryam lebih mulia dari Muhammad bin Abdullah. Sebab, Muhammad sudah meninggal, sementara Isa — menurut keyakinan Habib — belum mati, masih hidup.”
“Kalau begitu berarti ibu saya lebih mulia dari Maryam. Sebab, Maryam sudah meninggal, sedang ibu saya masih hidup. Itu, dia ada di belakang,” jawab Habib Salim enteng. Mendengar jawaban diplomatis itu, si pendeta terbungkam seribu bahasa, lalu pamit pulang. Ketika itu banyak kaum Nasrani yang akhirnya memeluk Islam setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim.
Habib Salim memang ahli berdebat dan orator ulung. Pendiriannya pun teguh. Sejak lama, jauh-jauh hari, ia sudah memperingatkan bahaya kerusakan moral akibat pornografi dan kemaksiatan. “Para wanita mestinya jangan membuka aurat mereka, karena hal ini merupakan penyakit yang disebut tabarruj, atau memamerkan aurat, yang bisa menyebar ke seluruh rumah kaum muslimin,” kata Habib Salim kala itu.
Ulama besar ini wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Ketika itu ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai pelosok datang bertakziah ke rumahnya di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur. Iring-iringan para pelayat begitu panjang sampai ke Condet. Jasadnya dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur.
Almarhum meninggalkan dua putera, Habib Shalahudin dan Habib Novel yang juga sudah menyusul ayahandanya. Namun, dakwah mereka tetap diteruskan oleh anak keturunan mereka. Mereka, misalnya, membuka majelis taklim dan menggelar maulid (termasuk haul Habib Salim) di rumah peninggalan Habib Salim di Jalan Otto Iskandar Dinata.
Belakangan, nama perpustakaan Habib Salim, yaitu Al-Fachriyyah, diresmikan sebagai nama pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Novel bin Salim di Ciledug, Tangerang. Kini pesantren tersebut diasuh oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim dan Habib Ahmad bin Novel bin Salim – dua putra almarhum Habib Novel. “Sekarang ini sulit mendapatkan seorang ulama seperti jid (kakek) kami. Meski begitu, kami tetap mewarisi semangatnya dalam berdakwah di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” kata Habib Ahmad, cucu Habib Salim bin Jindan.
Ada sebuah nasihat almarhum Habib Salim bin Jindan yang sampai sekarang tetap diingat oleh keturunan dan para jemaahnya, ialah pentingnya menjaga akhlak keluarga. ”Kewajiban kaum muslimin, khususnya orangtua untuk menasihati keluarga mereka, menjaga dan mendidik mereka, menjauhkan mereka dari orang-orang yang bisa merusak akhlak. Sebab, orangtua adalah wasilah (perantara) dalam menuntun anak-anak. Nasihat seorang ayah dan ibu lebih berpengaruh pada anak-anak dibanding nasehat orang lain.”
Disarikan
dari Manakib Habib Salim bin Jindan karya Habib Ahmad bin Novel bin Salim
Minggu, 02 Juni 2013
Hadis Nabi dan Fakta Ilmiah Tidur Siang
Pada tanggal 13 Februari 2007, stasiun televisi berita CNN melansir sebuah rilis pers bertajuk “Tidur Siang di Kantor, Menyehatkan”.
Berita itu dipublikasikan kepada pembaca di negara bagian Chicago, AS.
Saat ini, orang yang senang tidur siang di kantor memiliki argument
kedokteran yang sangat jitu untuk diutarakan pada pimpinannya.
Sebuah penelitian baru menjelaskan bahwa tidur siang saat bekerja dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung yang membahayakan bahkan mematikan. Namun, penelitian ini menuai kekecewaan kaum perempuan.
Data menunjukkan bahwa manfaat tidur siang lebih banyak dirasakan oleh kaum pria dalam sampel terbatas daripada kaum wanita. Studi yang dianggap paling fenomenal mengenai problematika tidur ini, memfokuskan penelitian pada aspek kesehatan yang ditimbulkan oleh tidur siang.
Penelitian ini melibatkan 23.681 penduduk usia dewasa di Yunani dan memakan waktu enam tahun seperti dilansir oleh Associated Press (AP). Studi ini menjelaskan bahwa mereka yang menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam untuk tidur siang di kantor, tiga kali dalam seminggu, risiko kematian yang disebabkan oleh timbulnya gejala penyakit jantung berkurang rata-rata 37%, dibandingkan dengan mereka yang tidak tidur siang di kantor.
Studi ilmiah ini menemukan teori baru bahwa tidur siang memiliki
pengaruh yang penting dalam meningkatkan produktivitas dan mengurangi
tingkat kematian.
Para peneliti berpendapat bahwa tidur siang di kantor sangat bermanfaat bagi jantung, karena dapat mengurangi stres dan detak jantung yang berlebihan, sehingga membuat kerja terhambat.
Dalam kesimpulan lain dinyatakan bahwa, kaum perempuan juga
merasakan manfaat yang besar dari tidur siang di kantor. Keterangan ini
menyebutkan bahwa laki-laki yang meninggal dunia akibat stres menghadapi
pekerjaan lebih banyak daripada perempuan, sebagaimana penjelasan Dr.
Dimitrios Trichopoulos, seorang penanggungjawab studi dan penelitian
pada Harvard School of Public Health dan University of Athens Medical
School.
Studi ini menegaskan bahwa selama masa penelitian berlangsung relawan perempuan yang terlibat dalam penelitian ini dan meninggal berjumlah 48 orang, enam diantaranya adalah wanita karir, dibandingkan dengan jumlah lelaki yang meninggal dunia sebanyak 85 orang, 27 diantaranya adalah pria bekerja.
Dr. Dimitrios Trichopoulos berkomentar, “Saya menyarankan jika
memungkinkan lakukanlah tidur siang. Jika anda mempunyai sofa untuk
istirahat di kantor atau tempat kerja, manfaatkanlah.”
Usia para relawan yang terlibat pada penelitian ini berkisar antara
20 tahun hingga 86 tahun, dan mereka dalam keadaan sehat saat
penelitian dimulai. Marvin Wooten, dokter spesialis gangguan tidur
(sleep disorders) di Rumah Sakit Saint Mary, Columbia, menjelaskan bahwa
mereka yang terlibat dalam penelitian ini adalah orang-orang yang
sangat memperhatikan kesehatan, yang bermanfaat terhadap kesehatan
jantung.”
lomba tidur siang di Madrid/AP photo
Setelah mengetahui hasil penelitian itu, kini beberapa perusahaan memberikan izin kepada pekerja dan karyawan untuk tidur siang. Mereka menganggap bahwa tidur siang dapat meningkatkan produktivitas. Perusahaan pertambangan Amerika Yard Metalz membuat ruangan khusus untuk tidur siang di kantor pusat perusahaannya, sebagai bagian dari program kesehatan karyawan.
Mark Eikenberg, arsitek perusahaan itu, menyebutkan bahwa banyak karyawan yang silih berganti masuk ke dalam ruangan ini untuk tidur selama setengah jam. Ini dilakukan karena adanya anjuran dokter bahwa tidur siang dapat mengurangi stres dan membantu mempertahankan energy seharian penuh.
Terkait dengan tidur siang, Rasulullah Saw bersabda, “Tidur sianglah, karena setan tidak tidur siang,” (HR Ath-Thabrani). Menurut Al-Jauhari, “Tidur siang itu adalah tidur di tengah hari.” Disebut tidur siang jika waktunya hanya sebentar.
Al-Zamakhsyari mengomentari makna hadits ini dengan mengatakan,
“Tidur siang adalah tidur sebelum waktu dzuhur.” Al-Azizi sendiri dengan
menukil dari kitab Al-Nihayah karya Ibnu Al-Atsir mengatakan, “Tidur
siang adalah istirahat tengah hari, meski tidak disertai dengan tidur.”
Sebagian ulama mengatakan, “Dari segi medis, dianjurkan tidur setelah sarapan dan berjalan setelah makan malam meski cuma seratus langkah.” Orang arab mengatakan, “Jangan lupa sarapan dan berjalan santai setelah itu, meskipun penguasa yang menjadi temanmu. Jangan pula lupa makan malam dan berjalan setelah itu, meskipun bulan telah menjadi pelipur laramu.”
Selain itu, menurut Rasulullah Saw, tidur siang juga bermanfaat untuk dapat melakukan shalat tahajud, berzikir, atau untuk dapat belajar di malam hari.
Setelah tidur siang, lakukanlah shalat fardu dzuhur berjamaah yang
disertai dengan melakukan shalat sunnah baik sebelum (qabliyah) maupun
sesudah shalat dzuhur (bakdiyah). Ini didasarkan pada sabda Rasulullah
Saw, “Orang yang selalu rutin menjaga empat rakaat sebelum shalat dzuhur
dan setelah shalat dzuhur, maka Allah akan mengharamkan padanya
neraka.”
Menurut Al-Minawi, neraka adalah siksa yang kekal. Atau maksud dari
neraka adalah neraka yang mengakibatkan siksa lantaran melakukan
berbagai dosa. Adapun rakaat-rakaat itu menjadi pelebur dosa.
Kemudian setelah itu, sibukkan diri dengan segala aktivitas yang
menjadi tanggung jawab kita. Jika kita seorang yang berilmu atau seorang
pelajar, maka sibukkan diri dengan terus belajar, atau menghadiri
majelis orang yang berilmu. Jika kita pekerja, maka lanjutkan pekerjaan
kita. Jika kita pedagang, maka teruskanlah aktivitas berdagang kita.
Pengetahuan Nabi Muhammad saw tentang keajaiban tidur siang ini
dibuktikan dengan pentunjuknya terhadap umat, dimana rahasia itu tidak
diketahui sebelumnya oleh peneliti barat dan baru terkuak setelah 1400
tahun hadits ini muncul. Sungguh luar biasa petunjuk Nabi Saw tentang
tidur siang serta manfaatnya bagi tubuh dan kesehatan. (islampos)
Sabtu, 01 Juni 2013
Makalah Teori Inovasi dan Kreatifitas dalam Wirausaha
Teori Inovasi dan Kreatifitas dalam Wirausaha
MAKALAH
Di
Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Entrepreneurship
Dosen Pembimbing :
H. Ferdinal Lafendry, S.Ag,. MM
Di susun oleh :
Dani Firman Madani 1011. 02. 054
Gugun Gunawan 1011. 02. 013.
Program Ekonomi Syariah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BINAMADANI
Jln. KH. Hasyim
Asyhari No. 236 Gang Ambon Nerogtog Pinang
Tangerang
Tahun 2012 M / 1433 H
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Seiring perkembangan dan pesatnya
persaingan dalam berwirausaha menuntut wirausahawan untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam mengembangkan produk atau jasa yang dimilikinya dalam rangka
menyelaraskan kebutuhan konsumen yang semakin beragam dan tanpa batas. Memasuki
abad 21 sebagian besar “ futurist” menyebutkan bahwa perusahaan semakin
lama cenderung semakin bertambah ramping. Itu dimaksudkan agar perusahaan dapat
bekerja secara lebih efisien dan fleksibel, sehingga dapat mengikuti setiap boptimal.
Terlebih lagi pada kondisi pasar yang terpilah-pilah menurut Alfin Tofler,
pasar masal telah terpecah dan berubah menjadi pasar kecil menuntut berbagai
spesialisasi model, warna, jenis produk, ukuran dan sebagainya.
Menurut Dermawan Wibisono, Manajemen Kinerja
Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan mengemukakan
bahwa tingkat persaingan perusahaan di abad 21 ini semakin ketat sejalan dengan
diberlakukannya era perdangangan bebas seperti AFTA (Asian Free Trade Area),
APEC (The Asia Pacific Economic Cooperation), NAFTA (North America
Free Trade Asia) dan ditandatanganinya berbagai macam persetujuan bilateral
maupun multibilateral yang pada intinya untuk mendukung persaingan bebas dalam
perdagangan, seperti GATT (General Agreement on 120 Tariffs and Trade),
Eropa Bersatu (European Union) dan sebagainya[1].
Oleh karena itu untuk
mengantisipasi era persaingan perdagangan bebas tersebut, banyak
perusahaan di Indonesia baik yang berskala besar, menengah maupun yang
berskala kecil mulai menata ulang strategi persaingannya dengan melakukan
kajian terhadap tujuan strategik perusahaan yang didasarkan atas kebutuhan
pasar baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, dan juga melakukan
evaluasi yang intens (terus menerus secara mendalam) terhadap kompetensi
internal perusahaan itu sendiri, termasuk dalam hal ini melakukan penilaian
terhadap kinerja pemasaran.
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian
Inovasi
Inovasi merupakan ide,
praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya.
Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam
pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah
inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa
kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi
inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang,
hal itu dikatakan atau meledak.
Inovasi merupakan tahap
awal ketika seseorang mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai
sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang
yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap
inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit
diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain
halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih
cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan
melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik
1. Inovasi
Wirausaha
Inovasi adalah kemampuan
untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan
peluang (doing new thing)[2] inovasi merupakan fungsi utama dalam
proses kewirausahaan. Peter Druckermengatakan inovasi memiliki fungsi
yang khas bagi wirausahawan. Dengan inovasi wirausahawan menciptakan baik
sumberdaya produksi baru maupun pengelolahan sumber daya yang ada dengan
peningkatan nilai potensi untuk
Inovasi adalah sutu proses untuk
mengubah kesempatan menjadi ide yang dapat di pasarkan. Inovasi lebih dari
sekedar ide yang baik suatu gagasan murni memegang peranan penting, dan fikiran
kreatif mengembangkanya menjadi gagasaan berharga. Meskipun demikian terdapat
perbedaan yangsignifikan antara sebuah ide yang timbul semata dari spekulasi
dan ide yang merupakan hasil pemikiran riset pengalaman dan kerja yang sempurna
hal yang lebih penting, Wirausahawan yang prospektif harus mempunyai keberanian
untuk memberikan sebuah ide melalui tahapan pengembangan. Dengan demikian
inovasi adalah suatu kombinasi visi untuk menciptakan suatu gagasan yang lebih
baik dan keteguhan serta dedikasi untuk mempertahankan konsep melalui
implementasi.
2.
Proses Inovasi
Inovasi merupakan hasil pencarian suatu
kesempatan yang di lakukan dengan sepenuh hati. Proses ini di mulai dengan analisis sumberdaya
kesempatan yang menjadi obyek. Inovasi beresifat konseptual dan perseptual, dapat
di pahami dan dilihat inovator harus maelihat bertanya dan mendengar orang lain
dalam mencari inovasi. Mereka berfikir keras dengan segenap kemampuan otaknya,
mereka melakukan perhitungan dengan cermat dan mendengarkan pendapat orang
lain, serta memperhatikan potensi pengguna inovasi yang di carinya untuk memenuhi
harapan nilai dan kebutuhan.Inovasi yang berhasil pada umumnya sederhan dan
terfokus dan di tujukan pada aplikasi yang di desain khas, jelas dan cermat.
Inovasi lebih banyak melibatkan kerja fisik dari pada pemikiran. Thomas Alfa
Edison mengatakan ”jenius merupakan perpaduan yang terdiri dari 1% inspirasi
dan 99% kerja keras” lebih dari itu inovator pada umumnya bekerja dalam suatu bidang,
edison bekerja dalam hanya dalam bidang listrik dan menemukan inovasi baru yang
berupa bola lampu[4].
3.
Jenis Inovasi
Inovasi terdiri dari empat jenis penemuan, pengembangan, duplikasi
dan sintesis.
a. Penemuan. Kreasi suatu
produk, jasa, atau proses baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Konsep
ini cenderung disebut revolisioner. Ex, penemuan pesawat terbang oleh wright
bersaudara, telepon oleh alexander graham bell dll.
b. Pengembangan. Pengembangan
suatu produk, jasa, atau proses yang sudah ada. Konsep seperti ini menjadi
aplikasi ide yang telah ada berbeda. Misalnya, pengembangan McD oleh Ray Kroc.
c. Duplikasi. Peniruan suatu
produk, jasa, atau proses yang telah ada. Meskipun demikian duplikasi bukan
semata meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk memperbaiki konsep agar
lebih mampu memenangkan persaingan. Misalnya, duplikasi perawatan gigi oleh
Dentaland.
d. Sintesis. Perpaduan konsep
dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi
engambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga
menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru. Misal, sintesis pada
arloji oleh Casio.
4.
Sumber Inovasi
Inovasi bagi wirausahawan lebih bersifat
untuk memanfataatkan perubahan dari pada menciptakanya. Mencari inovasi
dilakukan dengan memanfaatkan perubahan pada penemuan yang menyebabkan terjadinya
perubahan. Ide inovatif dapat bersumber pada kraetivitas eksternal dan kreativitas
internal. Kreativitas eksternal dapat dirangsang dengan memanfaatkan secara
sistematis rasa keingintahuan tentang perkembangan, ide dan kekuatan
baru yang sedang berlangsung di sekitar seseorang. Dengan
melakukan hal ini, seseorang membangun sumber informasi tentang berbagai hal
tentang fakta kesan, citra dan berbagai ide. Dengan demikian seseorang dapat memperoleh
ide yang dapat di raih dan di manfaatkan.
Kreativitas internal muncul secara tiba-tiba ketika seseorang
sedang sibuk denga kreativitas eksternal. Dalam upaya ini menggunakan pengalaman
sebagai sumber karena pengetahuan dapat di peroleh melalui belajar.
B. Kreativitas Wirausaha
1. Pengertian Kreativitas Wirausaha
Kreativitas merupakan daya menciptakan
sesuatu yang menuntut pemusatan perhatian, kemauan, kerja keras dan ketekunan[5].
Menurut Sulaiman Sahlan dan Maswan, kreativitas adalah ide atau gagasan dan kemampuan
berpikir kreatif. [6]
Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan
kreativitas ialah kemampuan untuk mencipta daya cipta. Menurut Zimmer
kretivitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru
dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing)[7]
Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menuangkan ide atau
gagasan melalui proses berpikir kreatif untuk menciptakan sesuatu yang menuntut
pemusatan, perhatian, kemauan, kerja keras dan ketekunan. Sedangkan yang
dimaksud dengan wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah
wirausaha. Wirausaha adalah pionir dalam bisnis, inovator, penanggung resiko
yang mempunyai penglihatan visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam
berprestasi di bidang usaha.[8] Sementara
itu menurut Prawirokusumo wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya
kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya
untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation)
hidup. Senada dengan pendapat di atas,
menurut Suryana, enterpreneur atau wirausaha adalah seseorang yang
memiliki kombinasi unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi
kombinasi motivasi diri, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat,
dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha.[9]
2. Sumber Kreativitas
Dalam konteks manajemen, peran fungsi
kreativitas dalam proses inovasi merupakan pembangkitan ide yang menghasilkan
penyempurnaan efektivitas dan efisiensi pada suatu sistem. Aspek penting dalam
kreativitas adalah proses dan manusia. Proses berorientasi pada tujuan
yang di desain untuk mencapai solusi suatu problem. Manusia merupakan
sumber daya yang menetukan solusi. Proses tetap sama namun pendekatan yang
digunakan dapat bervariasi misalnya, pada suatu problem mereka mengadaptasikan
suatu solusi, tetapi pada kesempatan yang berbeda mereka menerapkan solusi
inovasi.[10]
a. Imajinasi dan ide
Berdasarkan fungsinya, kapasitas mental
manusia dapat di kelompokkan menjadi empat bagian, yaitu absortive,
retentive, reasoning, creative. Imajinasi yang kreatif merupakan
kekuatan yang tidak terbatas, misalnya meskipun seseorang yang hampir tidak
pernah keluar rumah tetapi dengan menggunakan
imajinasinya ia dapat melalang buana ke dunia sekitar. Imajinasi jauh lebih
penting dari pada ilmu pengetahuan dan kekuatan murni dari pikiran manusia.[11]
b. Sifat Proses kreatif
Kreativitas adalah suatu proses yang
dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Setiap orang Kreatif pada tingkat
tertentu. Orang mempunyai kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu dapat lebih
kreatif dari pada orang lain. Hal yang sama juga dialami oleh orang yang
dilatih dan dikembangkan dalam suatu lingkungan yang mendukung pengembangan
kreativitas, mereka diajari untuk berfikir dan bertindak secara kreatif . Bagi
pihak lain proses kreatif lebih sukar karena tidak dikembangkan secara positif
dan jika mereka inginmenjadi kreatif, mereka harus belajar cara
mengimplementasikan proses kreatif . Ada tiga tahap dalam proses kreatif yaitu Absortive,
Retentive dan reasonin.[12]
C.
Wirausahaan
1. Pengertian Kewirausahaan
Dalam kajian ini yang menjadi objek
sikap adalah kewirausahaan (enterpreneurship), meskipun sampai sekarang
ini belum ada terminologi yang persis sama dari para ahli.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang di
jadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses, inti
dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (create new and defferent) melalui berfikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang[13].
Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berfikir
kreatif dan inovatif. Sukses Kewirausahaan akan tercapai apabila berfikir dan
melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. (thing
and doing new things or old thing in new way)[14]
Proses kreatif dan inovatif hanya di
lakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan yaitu orang
yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen) berinisiatif (energi dan
percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan
kedepan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani
mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka
tantangan).[15]
Tentang Model Analisis Diri WirausahaTelah di kemukakan di atas
bahwa wirausaha adalah inovator dalam mengkombinasiakan sumber-sumber bahan
baru, produksi yang baru akses
pasaran dan pangsa pasar yang baru. Perilaku tersebut di pengaruhi
oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha yaitu nilai-nilai kebernian dalam menghadapi
resiko, sikap positif dan optimis keberanian mandiri dan memimpin dan kemauan
belajar dari pengalaman.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Aktivitas bisnis sangat memerlukan orang-orang yang
inovatif, kreatif dan cepat tanggap terhadap setiap perubahan. Para peneliti
telah mengatakan bahwa kreativitas menyangkut keputusan-keputusan Anda tentang
apa yang Anda inginkan dan bagaimana Anda melakukannya dengan lebih baik. Jadi,
urutan tersebut melibatkan sebuah proses, bukan hanya melihat hasil akhir yang
diharapkan, sehingga kita tidak perlu merasa sangat terbebani untuk menjadi
kreatif.
Para
peneliti telah membedakan tipe kreativitas dalam kehidupan sehari-hari,yaitu:
1.
Membuat atau menciptakan, yaitu proses membuat sesuatu dari tidak ada
menjadi ada.
2.
Mengombinasikan dua hal atau lebih yang sebelumnya tidak saling berkaitan
menjadi lebih bermanfaat.
3.
Memodifikasi sesuatu yang memang sudah ada. Proses ini menggunakan berbagai
cara untuk membentuk fungsi-fungsi baru atau menjadikan sesuatu menjadi lebih
berguna bagi orang lain
Demikian kesimpulan yang dapat kami uraikan. Inovatif
dan kreatif adalah 2 hal penting yang menjadi penyeimbang dalam rangka
mengelola wirausaha secara berkesinambungan dan akan selalu diterima
dimasyarakat karena pembaharuan kreasi dan inovasi slalu dilakukan demi
kepuasan konsumen.
Daftar Pustaka
1. Wibisono,
Dermawan. Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan
2. Daya
Saing Perusahaan. (Jakarta: Erlangga. 2006) Hlm. 2
3. Suryana.Kewirausahaan. (Jakarta: Salemba Empat, 2001).,hlm:
2-3
4. Drucker
Petter ..Innovation And Entrepreneurship (New York:Harper Dan Row.1985)
hlm: 20
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Alva_Edison
diakses tanggal 14 Oktober 2012 jam
18:56
6. Shadily,Hassan
.Ensiklopedi Indonesia jilid 4( Jakarta:Ichtion Van Hoeve.1987) .Hlm:29.
7. Sahlan
Sulaiman dan Misman.Multi Dimensi Berkratifitas Manusia.(Bandung:Sinar Baru
1988). Hlm:5
8. Suryana
op cit.hlm 2
9. Swasono
Sri Edi. Kasus Manusia Indonesia Dalam Pembangunan Jurnal Pustaka No 8tahun 11.
Hlm:38
10. Suryana.Kewirausahaan. (Jakarta: Salemba
Empat, 2001).Hlm 5
11. Zarkasi, Cara Kreatifitas Dalam Menggapai
Kesuksesan (http:www.yahoo.com, di Akses 14 Oktober 2012)
12. Sahlan
Sulaiman dan Wasman,Multi Dimensi Sumber Kreatifitas Manusia(bandung ,Sinar
Baru .1988)hlm11
13. Mahfufzd Nasud. Kewirausahaan Suatu Pendekatan
Kontemporer .(Yogyakarta : UPP APM YKPN.2004). Hlm:102
14. Suryana.Kewirausahaan. (Jakarta: Salemba
Empat, 2001). Hlm:8
[1]
Wibisono,
Dermawan. Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan
Daya
Saing Perusahaan. (Jakarta: Erlangga. 2006) Hlm. 2.
[3] Drucker Petter ..Innovation
And Entrepreneurship (New York:Harper Dan Row.1985) hlm: 20
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Alva_Edison
diakses tanggal 14 Oktober 2012 jam 18:56
[5] Shadily,Hassan .Ensiklopedi Indonesia jilid
4( Jakarta:Ichtion Van Hoeve.1987)
.Hlm:29.
[6] Sahlan Sulaiman dan
Misman.Multi Dimensi Berkratifitas Manusia.(Bandung:Sinar Baru 1988).
Hlm:5
[7] Suryana op cit.hlm 2
[10]
Zarkasi, Cara Kreatifitas Dalam Menggapai Kesuksesan (http:www.yahoo.com,
di Akses
14 Oktober 2012)
[11]
Sahlan Sulaiman dan Wasman,Multi Dimensi Sumber Kreatifitas
Manusia(bandung ,Sinar Baru .1988)hlm11
[12]
Ibid,.hlm 11
[13]
Mahfufzd
Nasud. Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer .(Yogyakarta : UPP APM YKPN.2004). Hlm:102
[14] Suryana.Kewirausahaan.
(Jakarta: Salemba Empat, 2001). Hlm:8
[15] Ibid hlm :32
Langganan:
Postingan (Atom)